Sepenggal Cinta Di Hati Elang
Oleh: Mars Hayrusd
Entah berapa usang waktu yang telah beliau habiskan untuk meratapi kesendirianya. Dia merasa tak berarti , hidupnya tak jauh beda dengan seonggok daging dan tulang tak bernyawa, terlalu dalam beliau terjerumus di liang kesendirian. Elang, ya beliau lelaki yang dari waktu ke waktu terjerembab di lobang keterasingan. Elang yang tak lagi perkasa, beliau hanya pecundang yang dikalahkan oleh emosi serta mimpi – mimpinya. “ Mas kau lelaki satu – satunya yang ku pilih di kehidupanku, kau lelaki harapanku, merdu suaramu menghapus kesunyianku,” bunyi yang tak abnormal bagi Elang dari balik gagang telpon. “Hatiku terjerat, terjerumus, terbius keindahan katamu,” masih dari orang yang sama yang sangat bersahabat di indera pendengaran Elang. “Sudahlah Embun, jangan tertipu dengan suaraku, apa yang kau bayangkan wacana saya tak seindah kenyataan,” balas Elang.
Embun Kejora, satu nama yang telah mengisi hari-harinya. Dia sumber inspirasi, pemberi motivasi dan penyemangat hidup. Dia gadis impiannya, beliau cerdas, multi bakat elok luar dalam, blasteran cina dan jawa. Elang benar - benar jatuh oleh pesonanya, beliau sandarkan segala harapan dan cita citanya pada gadis itu.
Sebuah stasiun radio kawasan ia bekerja yang mempertemukan keduanya walau hanya sebatas sms dan telphon, tak lebih dari itu. Elang yang selalu bercanda, berceloteh wacana apa saja, bicara wacana cinta misalnya, semua demi menyenangkan pendengarnya walaupun hatinya berlumur duka. Bila beliau mengudara banyak perempuan yang terhanyut dengan suaranya, beliau dikelilingi banyak wanita, tapi semua tak ada yang berarti. Hatinya hanya terpaut pada Embun Kejora, perempuan yang ia kenal beberapa bulan yang kemudian dari balik gagang telpon, dengan kelembutan kata dan juga keindahan bahasa yang beliau terima lewat sms smsnya. Embun yanga selalu setia mendengar di setiap program yang beliau bawa . Gadis itu bakir mempermainkan emosi Elang, hingga beliau terhanyut ke puncak hayal setinggi mahameru.
Gemuruh di hati Elang masih tetap bergolak tiada henti, liar bagai kuda lepas kendali. Perasaannnya bercampur aduk antara dendam cinta dan benci, menggelinding bagai bola api, menyodok ulu hatinya hingga menambah kepedihan batin yang membuncah. Mengapa semua jadi kacau, sesudah kepergiannya, sesal Elang dalam batin. Apa arti hidup jikalau tak punya harapan, apa arti cinta jikalau dinistakan. Hatinya meratap, ia masih mengharap kehadiran Embun di sampingnya. Walau hatinya telah lelah, sering disakiti oleh gadis yang dulu sangat dicintai, Embun Kejora, ya Embun Kejora gadis blasteran jawa dan cina, yang ketika ini entah di mana.
Harus dialamatkan ke mana selembar kertas surat yang pernah ditulis Elang, apa sekedar coretan tanpa makna, atau hanya sebagai ungkapan kemurungan dan kegelisahan yang menusuk nusuk hatinya, atau surat itu hanya ditujukan pada angin pembawa berita. Mungkinkah surat yang pernah ia tulis itu untuk Embun yang tak karuan rimbanya.
Selama ini tak ada komunikasi sekalipun, baik melalui telphon , surat atau hanya sms saja? Semua tak pernah ia lakukan. Jalinan hubungan tak pernah ada, tertutup sudah susukan menuju orang yang selama ini ia harapkan.
“Sungguh, satu hal yang sangat lucu.” “Apa maksudmu Rud?”tanya Elang pada Rudi sahabatnya. “Ya, seorang penyiar yang banyak digandrungi cewek ternyata harus takluk, lumpuh dan merana alasannya cintanya pada istri orang.” Rudi menjawab dan menertawakannya. ”Aku makin tak mengerti apa yang kau katakan.” balas Elang. “Hai bung apa kau tak tahu cewek yang kau gilai itu sudah punya suami bahkan sudah punya anak lagi.” jawab Rudi meyakinkan. “Kamu punya data dan bukti sehingga apa yang kau ucapkan dapat kupercaya?” “Ya saya punya bukti, jikalau apa yang saya katakan itu benar.” “Kamu kenal nomer ini?” Rudi mengatakan handphonenya. Elang sangat kaget melihat nomer yang ada di hp sahabatnya, nomer yang pernah mengirim satu pesan berisi bahaya untuk dirinya. ”Aku serigala yang siap menerkam siapa saja yang ingin mengganggu rumah tanggaku, seandainya anda bukan sahabat Rudi niscaya sudah kucabik cabik dan kulumat habis dengan taring dan kuku tajamku.” Siapa gerangan pengacau ini? pikir Elang ketika itu. Orang yang akan merenggangkan hubungannya dengan Embun. Sms yang menciptakan Elang ingin tau dan marah, sms yang sangat diingat kalimat- kalimatnya yang pernah ia terima beberapa bulan yang lalu.
“Elang saya pernah ketemu suaminya.” lanjut Rudi. “Ketemu di mana, kenal kau dengannya?” tanya Elang setengah ragu. ”Di suatau kawasan di sebuah program pertemuan, saya kenal baik suaminya, beliau tahu kau sahabatku, beliau mohon padaku supaya menasehatimu untuk menghentikan hubungan gilamu dengan istrinya, beliau tak ingin rumah tangganya hancur gara-gara kamu, dan perlu kau tahu Elang, suaminya pernah menemukan sms-sms mu di hp istrinya dan semua smsmu telah beliau baca.” Rudi menjelaskan. Elang kaget dan terperangah tak dapat bicara sepatahpun, lidahnya kelu, pikirannya hanya dapat mengingat sms beberapa bulan yang kemudian dari seseorang yang mengaku suami Embun. Ternyata orang yang pernah sms dan mengaku suaminya itu memang benar. Elang masih ingat betul isi sms yang beliau terima. Tapi mengapa Embun mengaku cewek yang masih berumur 23 tahun yang melarikan diri dari rumah alasannya akan dikawinkankan paksa orang tuanya. Seorang dokter kaya yang terpaut jauh usianya akan dijodohkan dengannya.
Dia pernah bilang “Hanya orang gila yang mengaku-ngaku jadi suamiku, percayalah saya masih gadis mas.” Apa benar beliau hanya perempuan penggoda, penipu yang selalu mengerjai mangsa mangsanya, atau beliau perempuan kesepian yang ingin cari hiburan untuk membunuh rasa sepi yang mendera dirinya. Elang tak dapat memberi kesimpulan. Ternyata beliau harus mengubur dalam-dalam cinta yang telah membelenggu dirinya, beliau harus bangkit, tegar menghadapi kenyataan, beliau tak mau jadi pecundang. Biarlah Embun jadi misteri bagi dirinya.
===================================================================
Mars Hayrusd : Pecinta Sastra
Seorang penyiar Radio Swasta di Banyuwangi
Cerpen ini pernah dimuat di Radar Banyuwangi Edisi 2 Januari 2011
Facebook:omar_effendy@yahoo.co.id
No Hp : 085 859642741
Alamat : Jajag - Banyuwangi
===================================================================
Oleh: Mars Hayrusd
Entah berapa usang waktu yang telah beliau habiskan untuk meratapi kesendirianya. Dia merasa tak berarti , hidupnya tak jauh beda dengan seonggok daging dan tulang tak bernyawa, terlalu dalam beliau terjerumus di liang kesendirian. Elang, ya beliau lelaki yang dari waktu ke waktu terjerembab di lobang keterasingan. Elang yang tak lagi perkasa, beliau hanya pecundang yang dikalahkan oleh emosi serta mimpi – mimpinya. “ Mas kau lelaki satu – satunya yang ku pilih di kehidupanku, kau lelaki harapanku, merdu suaramu menghapus kesunyianku,” bunyi yang tak abnormal bagi Elang dari balik gagang telpon. “Hatiku terjerat, terjerumus, terbius keindahan katamu,” masih dari orang yang sama yang sangat bersahabat di indera pendengaran Elang. “Sudahlah Embun, jangan tertipu dengan suaraku, apa yang kau bayangkan wacana saya tak seindah kenyataan,” balas Elang.
Embun Kejora, satu nama yang telah mengisi hari-harinya. Dia sumber inspirasi, pemberi motivasi dan penyemangat hidup. Dia gadis impiannya, beliau cerdas, multi bakat elok luar dalam, blasteran cina dan jawa. Elang benar - benar jatuh oleh pesonanya, beliau sandarkan segala harapan dan cita citanya pada gadis itu.
Sebuah stasiun radio kawasan ia bekerja yang mempertemukan keduanya walau hanya sebatas sms dan telphon, tak lebih dari itu. Elang yang selalu bercanda, berceloteh wacana apa saja, bicara wacana cinta misalnya, semua demi menyenangkan pendengarnya walaupun hatinya berlumur duka. Bila beliau mengudara banyak perempuan yang terhanyut dengan suaranya, beliau dikelilingi banyak wanita, tapi semua tak ada yang berarti. Hatinya hanya terpaut pada Embun Kejora, perempuan yang ia kenal beberapa bulan yang kemudian dari balik gagang telpon, dengan kelembutan kata dan juga keindahan bahasa yang beliau terima lewat sms smsnya. Embun yanga selalu setia mendengar di setiap program yang beliau bawa . Gadis itu bakir mempermainkan emosi Elang, hingga beliau terhanyut ke puncak hayal setinggi mahameru.
****
Gemuruh di hati Elang masih tetap bergolak tiada henti, liar bagai kuda lepas kendali. Perasaannnya bercampur aduk antara dendam cinta dan benci, menggelinding bagai bola api, menyodok ulu hatinya hingga menambah kepedihan batin yang membuncah. Mengapa semua jadi kacau, sesudah kepergiannya, sesal Elang dalam batin. Apa arti hidup jikalau tak punya harapan, apa arti cinta jikalau dinistakan. Hatinya meratap, ia masih mengharap kehadiran Embun di sampingnya. Walau hatinya telah lelah, sering disakiti oleh gadis yang dulu sangat dicintai, Embun Kejora, ya Embun Kejora gadis blasteran jawa dan cina, yang ketika ini entah di mana.
Embun! dongeng indah yang telah kita rajut, kini telah hilang dari hidupku , tak ada lagi getar hati . Tentang cinta untukmu semua telah sirna dari ingatanku, tak ada lagi yang tersisa, tercerabut sudah dari ruang rindu. Sepenggal cintaku ternyata harus terkubur dalam - dalam, tak mungkin tergali dan bangun lagi. Semua sudah pupus, musnah, alasannya mimpi-mimpi dan harapan serta kesepakatan yang kau beri untukku telah kau curi kembali. Secepat itukah kau lupakan semua. Sungguh kau tak bakir menyimpan rasa. Haruskah saya mengadu pada gelapnya malam, meratap, merintih dan meratapi nasib? Aku hanya dapat berharap mungkin malam lebih dapat menjawab kegelisahan ini. Dengan penuh ragu , kuberanikan menyapa. ”Hai malam ……. bagaimana kabarmu?” Kau diam, bisu, masbodoh tak banyak memberi asa, kau kelam sekelam hatiku, mimpimu telah hilang tanpa bintang, tersaput mega gelap sehitam jelaga. Tak ada jawab yang mampu menghapus kegelisahanku. Ku coba sampaikan pada pagi , ternyata sama , pagi pun tak banyak memberi harapan dan pencerahan. Pagi, kau tak indah lagi, kau telah hilang melayang tersapu angin, berbalut kabut, pekat sepekat hatiku yang kian memendam rindu.
Harus dialamatkan ke mana selembar kertas surat yang pernah ditulis Elang, apa sekedar coretan tanpa makna, atau hanya sebagai ungkapan kemurungan dan kegelisahan yang menusuk nusuk hatinya, atau surat itu hanya ditujukan pada angin pembawa berita. Mungkinkah surat yang pernah ia tulis itu untuk Embun yang tak karuan rimbanya.
Selama ini tak ada komunikasi sekalipun, baik melalui telphon , surat atau hanya sms saja? Semua tak pernah ia lakukan. Jalinan hubungan tak pernah ada, tertutup sudah susukan menuju orang yang selama ini ia harapkan.
***
“Sungguh, satu hal yang sangat lucu.” “Apa maksudmu Rud?”tanya Elang pada Rudi sahabatnya. “Ya, seorang penyiar yang banyak digandrungi cewek ternyata harus takluk, lumpuh dan merana alasannya cintanya pada istri orang.” Rudi menjawab dan menertawakannya. ”Aku makin tak mengerti apa yang kau katakan.” balas Elang. “Hai bung apa kau tak tahu cewek yang kau gilai itu sudah punya suami bahkan sudah punya anak lagi.” jawab Rudi meyakinkan. “Kamu punya data dan bukti sehingga apa yang kau ucapkan dapat kupercaya?” “Ya saya punya bukti, jikalau apa yang saya katakan itu benar.” “Kamu kenal nomer ini?” Rudi mengatakan handphonenya. Elang sangat kaget melihat nomer yang ada di hp sahabatnya, nomer yang pernah mengirim satu pesan berisi bahaya untuk dirinya. ”Aku serigala yang siap menerkam siapa saja yang ingin mengganggu rumah tanggaku, seandainya anda bukan sahabat Rudi niscaya sudah kucabik cabik dan kulumat habis dengan taring dan kuku tajamku.” Siapa gerangan pengacau ini? pikir Elang ketika itu. Orang yang akan merenggangkan hubungannya dengan Embun. Sms yang menciptakan Elang ingin tau dan marah, sms yang sangat diingat kalimat- kalimatnya yang pernah ia terima beberapa bulan yang lalu.
“Elang saya pernah ketemu suaminya.” lanjut Rudi. “Ketemu di mana, kenal kau dengannya?” tanya Elang setengah ragu. ”Di suatau kawasan di sebuah program pertemuan, saya kenal baik suaminya, beliau tahu kau sahabatku, beliau mohon padaku supaya menasehatimu untuk menghentikan hubungan gilamu dengan istrinya, beliau tak ingin rumah tangganya hancur gara-gara kamu, dan perlu kau tahu Elang, suaminya pernah menemukan sms-sms mu di hp istrinya dan semua smsmu telah beliau baca.” Rudi menjelaskan. Elang kaget dan terperangah tak dapat bicara sepatahpun, lidahnya kelu, pikirannya hanya dapat mengingat sms beberapa bulan yang kemudian dari seseorang yang mengaku suami Embun. Ternyata orang yang pernah sms dan mengaku suaminya itu memang benar. Elang masih ingat betul isi sms yang beliau terima. Tapi mengapa Embun mengaku cewek yang masih berumur 23 tahun yang melarikan diri dari rumah alasannya akan dikawinkankan paksa orang tuanya. Seorang dokter kaya yang terpaut jauh usianya akan dijodohkan dengannya.
Dia pernah bilang “Hanya orang gila yang mengaku-ngaku jadi suamiku, percayalah saya masih gadis mas.” Apa benar beliau hanya perempuan penggoda, penipu yang selalu mengerjai mangsa mangsanya, atau beliau perempuan kesepian yang ingin cari hiburan untuk membunuh rasa sepi yang mendera dirinya. Elang tak dapat memberi kesimpulan. Ternyata beliau harus mengubur dalam-dalam cinta yang telah membelenggu dirinya, beliau harus bangkit, tegar menghadapi kenyataan, beliau tak mau jadi pecundang. Biarlah Embun jadi misteri bagi dirinya.
===================================================================
Mars Hayrusd : Pecinta Sastra
Seorang penyiar Radio Swasta di Banyuwangi
Cerpen ini pernah dimuat di Radar Banyuwangi Edisi 2 Januari 2011
Facebook:omar_effendy@yahoo.co.id
No Hp : 085 859642741
Alamat : Jajag - Banyuwangi
===================================================================
Advertisement